Warning
Maaf, artikel di Blog ini tidak dapat di copy dengan cara biasa. Beberapa artikel dapat di-download, link-nya ada di bagian akhir (paling bawah).
Jumat, 05 Desember 2014
Bimbingan dan Konseling: PENDEKATAN RATIONAL-EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT)
A. SEJARAH PERKEMBANGAN
Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) sebelumnya disebut rational therapy dan rational emotive therapy, merupakan terapi yang komprehensif, aktif-direktif, filosofis dan empiris berdasarkan psikoterapi yang berfokus pada penyelesaian masalah-masalah gangguan emosional dan perilaku, serta menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup yang lebih bermakna (fulfilling lives). REBT diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis (1950an), yang menekankan pada pentingnya peran pikiran pada tingkah laku.
B. PANDANGAN TENTANG MANUSIA
Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapi (REBT) memandang manusia sebagai individu yang didominasi oleh sistem berfikir dan sistem perasaan yang berkaitan dalam sistem psikis individu. Keberfungsian individu secara psikologis ditentukan oleh fikiran, perasaan dan tingkah laku. Tiga aspek ini saling berkaitan karena satu aspek mempengaruhi aspek lainnya.
Secara khusus, pendekatan ini berasumsi bahwa individu memiliki karakteristik sebagai berikut:
· Pikiran irasional berasal dari proses belajar, yang irasional didapat dari orangtua dan budayanya.
· Manusia adalah makhluk verbal dan berfikir melalui simbol dan bahasa. Dengan demikian, gangguan emosional yang dialami individu disebabkan oleh verbalisasi ide dan pemikiran irrasional.
· Gangguan(self verbalising) yang terus menerus emosional yang disebabkan oleh verbalisasi dan persepsi serta sikap terhadap kejadian merupakan akar permasalahan, bukan karena kejadian itu sendiri.
· Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan sosialnya.
· Pikiran dan perasaan yang negatif dan merusak diri dapat diserang denganmengorganisasikan kembali persepsi dan pemikiran, sehingga menjadi logis dan rasional.
Secara dialektik, REBT berasumsi bahwa berfikir logis itu tudak mudah, kebanyakan individu cenderung ahli dalam berfikir tidak logis. Contoh berfikir tidak logis biasanya banyak menguasai individu adalah:
· Saya harus sempurna.
· Saya baru saja melakukan kesalahan, bodoh sekali!
· Ini adalah bukti bahwa saya tidak sempurna, maka saya tidak berguna.
Hidup yang rasional terdiri dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang berkontribusi terhadap pencapaian tujuan-tujuan yang dipilih individu. Sebaliknya, hidup yang irasional terdiri dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang menghambat pencapaian tujuan tersebut.
Ellis mengidentifikasi sebelas keyakinan irrasional individu yang dapat mengakibatkan masalah, yaitu:
· Dicintai dan disetujui oleh orang lain adalah sesuatu yang sangat esensial.
· Untuk menjadi orang yang berharga, individu harus kompeten dan mencapai setiap usahanya.
· Orang yang tidak bermoral, criminal, dan nakal merupakan pihak yang harus disalahkan.
· Hal yang sangat buruk dan menyebalkan adalah bila segala sesuatu tidak terjadi seperti yang saya harapkan.
· Ketidakbahagiaan merupakan hasil dari peristiwa eksternal yang tidak bisa dikonrol oleh diri sendiri.
· Sesuatu yang membahayakan harus menjadi perhatian dan harus selalu diingat dalam pikiran.
· Lari dari kesulitan dan tanggung jawab lebih mudah daripada menghadapinya.
· Seseorang harus memiliki orang lain sebagai tempat bergantung dan harus memiliki seseorang yang lebih kuat yang dapat menjadi tempat bersandar.
· Masa lalu menentukan tingkah laku saat ini dan tidak bisa diubah.
· Individu bertanggung jawab atas masalah dan kesulitan yang dialami oleh orang lain.
· Selalu ada jawaban yang benar untuk setiap masalah. Dengan demikian kegagalan mendapatkan jawaban yang benar merupakan bencana.
Elis berpendapat bahwa secara natural berpikir irasional memiliki kecenderungan merusak diri sendiri (self-defeating behavior), oleh karena itu individu memerlukan bantuan untuk berpikir sebaliknya.
C. KONSEP DASAR
1. Asumsi Dasar
· Pikiran, perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
· Gangguan emosional disebabkan oleh faktor biologi dan lingkungan.
· Manusia dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar.
· Manusia menyakiti diri sendiri secara kognitif, emosional, dan tingkah laku.
· Ketika hal yang tidak menyenangkan terjadi, individu cenderung menciptakan keyakinan yang irasional tentang kejadian tersebut.
· Keyakinan irasional menjadi penyebab gangguan kepribadian individu.
· Sebagian besar manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan mempertahankan gangguan emosionalnya.
2. Proses Berpikir
Ellis membagi pikiran individu dalam tiga tingkatan, yaitu:
· Dingin (cool), adalah pikiran yang bersifat deskriptif dan mengandung sedikit emosi.
· Hangat (warm), adalah pikiran yang mengarah pada satu keyakinan rasional.
· Panas (hot), adalah pikiran yang mengandung unsur evaluasi yang tinggi dan penuh dengan perasaan.
3. Teori ABC
Ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu A: Activating event (kejadian yang mengaktifkan individu), B: Belief (Keyakinan), dan C: Consequence (konsekuensi baik emosional maupun tingkah laku). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC. Kemudian ditambahkan D: Disputing irrasional belief (membantah pikiran irasional), E: Effective new philosophy of life (mengembangkan filosofi hidup yang efektif), dan F: Further action/new feeling (aksi yang akan dilakukan lebih lanjut dan perasaan baru yang dikembangkan). Selanjutnya, ditambahkan G: Goal (tujuan fundamental) yang diletakkan di awal untuk memberikan konteks pada kepribadian individu.
D. TUJUAN KONSELING
Tujuan utama konseling dengan pendekatan REBT adalah membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih produktif. Secara umum, REBT mendukung konseli untuk menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya.
E. PERAN DAN FUNGSI KONSELOR
· Aktif-direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelasan terutama pada awal konseling.
· Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung.
· Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik kembali diri konseli sendiri.
· Secara terus menerus “menyerang” pemikiran irasional konseli.
· Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir.
· Bersifat didaktif.
F. TAHAP-TAHAP KONSELING
Tahap 1
Proses di mana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irasional, pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka memiliki potensi untuk mengubah hal tersebut.
Tahap 2
Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan untuk menentang validitas ide tentang diri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
Tahap 3
Tahap akhir ini, konseli dibantu untuk secara terus menerus mengembangkan pikiran rasional serta mengembangkan filosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikiran irasional.
G. TEKNIK-TEKNIK KONSELING
1. Teknik Kognitif
· Dispute Kognitif: Usaha untuk mengubah keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation, didactic presentation, socratic dialogue, vicarious experiences, dan berbagai ekspresi verbal lainnya. Teknik ini dilakukan dengan cara bertanya (questioning).
· Analisis Rasional: Teknik untuk mengajarkan konseli bagaimana membuka dan mendebat keyakinan irasional.
· Dispute Standard Ganda: Mengajarkan konseli melihat dirinya memiliki standar ganda tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
· Skala Katastropi: Membuat proporsi tentang peristiwa-peristiwa yang menyakitkan, misalnya diurutkan dari tingkat yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
· Reframing: Mengevaluasi kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan dengan mengubah frame berpikir konseli.
· Devil’s Advocate/Rational Role Reversal: Meminta konseli untuk memainkan peran yang memiliki keyakinan rasional sementara konselor memainkan peran menjadi konseli yang irasional.
2. Teknik Imageri
· Dispute Imajinasi: Setelah melakukan dispute secara verbal, konselor meminta konseli untuk membayangkan dirinya kembali pada situasi yang menjadi masalah dan melihat apakah emosinya telah berubah. Bila ya, maka konselor meminta konseli untuk mengatakan pada dirinya sebagai individu yang berpikir lebih rasional dan mengulang kembali proses di atas. Bila belum maka keyakinan irasionalnya masih ada.
· Kartu Kontrol Emosional: Biasa digunakan untuk memperkuat proses belajar, secara lebih khusus perasaan marah, kritik diri, kecemasan, dan depresi.
· Proyeksi Waktu: Meminta konseli untuk memvisualisasikan kejadian yang tidak menyenangkan ketika kejadian itu terjadi dan hari-hari setelah kejadian itu terjadi.
· Teknik Melebih-lebihkan: Meminta konseli membayangkan kejadian yang menakutkan kemudian melebih-lebihkannya sampai pada taraf paling tinggi.
3. Teknik Behavioral
· Dispute Tingkah Laku: Memberi kesempatan pada konseli untuk mengalami kejadian yang menyebabkannya berpikir irasional dan melawan keyakinannya tersebut.
· Bermain Peran: Konseli melakukan peran tingkah laku baru yang sesuai dengan keyakinan yang rasional.
· Peran Rasional Terbalik: Sama dengan teknik Devil’s Advocate.
· Pengalaman Langsung: Konseli secara sengaja memasuki situasi yang menakutkan.
· Menyerang Rasa Malu: Dengan secara sengaja bertingkah laku yang memalukan.
· Pekerjaan Rumah: Misalnya membaca, menulis, mengimajinasikan, dan lain-lain.
Sumber: Lupa dan tidak saya temukan di arsip saya.
Artikel ini dapat diunduh di sini (docx)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SAlah semua isinya
BalasHapus