Warning

Maaf, artikel di Blog ini tidak dapat di copy dengan cara biasa. Beberapa artikel dapat di-download, link-nya ada di bagian akhir (paling bawah).

Jumat, 05 Desember 2014

Bimbingan dan Konseling: Pendekatan Gestalt


A. Sejarah
    Penemu psikoterapi Gestalt adalah Frederick (Fritz) bersama Perls dan mulai berkembang pada awal tahun 1950. Pendekatan Gestalt berfokus pada masa kini dan itu di butuhkan kesadaran saat itu juga. Kesadaran ditandai oleh kontak, penginderaan, dan gairah. Kontak dapat terjadi tanpa kesadaran, namun kesadaran tidak dapat dipisahkan dari kontak.
    Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi yang mengharuskan individu menemukan jalannya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.

B. Konsep Dasar
    Psikoterapi Gestalt menitikberatkan pada semua yang timbul pada saat ini. Pendekatan ini tidak memperhatikan masa lampau dan juga tidak memperhatikan yang akan datang. Jadi pendekatan Gestalt lebih menekankan pada proses yang ada selama terapi berlangsung.
    Bagi Perls, tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lalu telah pergi dan masa depan belum terjadi maka saat sekaranglah yang terpenting. Guna membantu klien untuk membuat kontak dengan saat sekarang, terapis lebih suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan ”apa” dan “bagaimana” ketimbang “mengapa”, karena pertanyaan mengapa dapat mengarah pada pemikiran yang tak berkesudahan tentang masa lampau yang hanya akan membangkitkan penolakan terhadap saat sekarang.
    Konsep dasar pendekatan Gestalt adalah Kesadaran, dan sasaran utama Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Dalam terapi Gestalt terdapat juga konsep tentang urusan yang tak terselesaikan, yaitu mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, sakit hati, kecemasan rasa diabaikan dan sebagainya. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan dan fantasi tertentu. Karena tidak terungkap dalam kesadaran, perasaan itu tetap tinggal dan dibawa kepada kehidupan sekarang yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Dengan ini, di harapkan klien akan dibawa kesadarannya dimasa sekarang dengan mencoba menyuruhnya kembali kemasa lalu dan kemudian klien disuruh untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya saat lalu sehingga perasaan yang tak terselesaikan dulu bisa dihadapi saat ini.

C. Tujuan Pendekatan Gestalt
1. Mencapai kesadaran atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya.
2. Kemampuan untuk melakukan kontak dengan orang lain.
3. Memiliki kemampuan mengenali, menerima, mengekspresikan perasaan, pikiran dan keyakinan dirinya.

D. Peran dan Fungsi Konselor
1. Konselor memfokuskan pada perasaan, kesadaran, bahasa tubuh, hambatan energy, dan hambatan untuk mencapai kesadaran yang ada pada konseli.
2. Konselor adalah “artistic participant” yang memiliki peranan dalam menciptakan hidup baru konseli.
3. Konselor berperan sebagai “projection screen”.
4. Konselor harus dapat membaca dan menginterpretasi bentuk-bentuk bahasa yang dilontarkan konseli.

E. Tahap-tahap Konseling
1. The beginning phase
Konselor menggunakan metode fenomenologi untuk meningkatkan kesadaran konseli, menciptakan hubungan dialogis mendorong keberfungsian konseli secara sehat dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan deukungan pribadi dan lingkungannya.
2. Clearing the ground
Konseli mengeksplorasi berbagai introyeksi, berbagai modifikasi kontak yang dilakukan dan unfinished business.
3. The existential encounter
Konselor memberikan dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu menghadapi masalahnya.
4. Integration
Konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri, pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif baru.
5. Ending
Konseli sudah siap untuk memulai kehidupan secara mandiri tanpa supervise konselor.

F. Teknik-teknik Konseling
1. Kursi Kosong (Empty Chair)
2. Topdog Versus Underdog
3. Membuat Serial (Making the Rounds)
4. “Saya bertanggung jawab atas…” (“I take responsibility for…”)
5. Bermain Proyeksi (Playing Projection)
6. Pembalikan (Reversal Technique)
7. Latihan Gladiresik (The Rehearsal Experiment)
8. Latihan Melebih-lebihkan (The Exaggeration Experiment)
9. Tetap pada Perasaan (Staying with the Feeling)
10. Bahasa “Saya” (“I” Language)
 
Sumber: Lupa dan tidak saya temukan di arsip saya

Artikel ini dapat diunduh di sini (docx.)







































Tidak ada komentar:

Posting Komentar