Warning

Maaf, artikel di Blog ini tidak dapat di copy dengan cara biasa. Beberapa artikel dapat di-download, link-nya ada di bagian akhir (paling bawah).

Jumat, 05 Desember 2014

Makalah Sosiolinguistik: Ragam Campuran





1. Pergantian Sandi Bahasa (Alih Kode dan Campur Kode)
A. Pengertian Kode
   Menurut Poedjosoedarmo, kode adalah suatu sistem tutur yang penerapannya serta unsur kebahasaannya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan tuturnya situasi tutur yang ada. Kode tutur bukanlah merupakan suatu unsur kebahasaan seperti fonem, morfologi, kata, frasa, atau kalimat melainkan variasi bahasa yang secara nyata digunakan dalam komunikasi masyarakat pendukungnya.
   Istilah kode dipakai untuk menyebut salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan, sehingga selain kode yang mengacu kepada bahasa (seperti bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Indonesia), juga mengacu kepada variasi bahasa, seperti varian regional (bahasa Bugis dialek Bone, Pinrang, dan Enrekkang), juga varian kelas sosial disebut dialek sosial atau sosiolek (bahasa Jawa halus dan kasar), varian, ragam dan gaya dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya hormat, atau gaya santai), dan varian kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa doa, dan bahasa lawak).
   Kenyataan seperti di atas menunjukkan bahwa hierarki kebahasaan dimulai dari bahasa/language pada level paling atas disusul dengan kode yang terdiri atas varian, ragam, gaya, dan register.

B. Alih Kode
   Alih kode adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Bugis. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa. Dalam alih kode masing-masing bahasa masih cenderung mendukung fungsi masing-masing dan dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya.
Berikut adalah sebuah ilustrasi untuk dapat memahami pengertian alih kode dengan lebih baik:
  Bado dan Bundu, keduanya berasal dari Makassar. Dua puluh menit sebelum pelajaran dimulai, keduanya terlibat dalam pembicaraan yang tidak menentu dengan menggunakan bahasa Makassar sebagai bahasa ibunya. Kalau topik pembicaraan menyangkut plajaran, sekali-kali bercampur dengan bahasa Indonesia. Ditengah pembicaraan, teman sekelasnya bernama Tono masuk di kelas. Tono berasal dari Jakarta, yang tentu saja tidak dapat berbahasa Makassar. Tono terlibat pembicaran dengan menggunakan bahasa Indonesia. Ketika tiba-tiba guru masuk kelas, suasana yang awalnya ribut menjadi tenang dan mereka pun siap menerima pelajaran. Ibu guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam resmi hingga pelajaran usai. Ketika ibu guru meninggalkan kelas, para siswa itu kembali ribut dengan berbagai percakapan ragam santai.
   Peristiwa pergantian bahasa pada ilustrasi diatas, atau berubahnya dari ragam santai menjadi resmi dan sebaliknya, inilah yang disebut peristiwa alih kode di dalam sosiolinguistik.
   Soewito membagi alih kode berdasarkan sifatnya, yaitu:
1) Alih Kode Intern
    Yaitu alih kode yang terjadi antar bahasa sendiri, seperti dari bahasa Indonesia beralih ke bahasa Jawa atau sebaliknya.
2) Alih Kode Ekstern
    Yaitu bila alih kode terjadi antar bahasa sendiri dengan bahasa asing, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.
 
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode antara lain:
· Penutur
   Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya.
· Mitra Tutur
   Mitra tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian dan bila mitra tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa.
· Hadirnya Penutur Ketiga
   Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaan mereka berbeda.
· Pokok Pembicaraan
   Pokok Pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius. Sedangkan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa takbaku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.
· Untuk Membangkitkan Rasa Humor
   Alih kode juga sering dimanfaatkan untuk membangkitkan rasa humor. Bagi pemimpin rapat misalnya, rasa humor untuk menghilangkan ketegangan yang muncul dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini, biasanya dilakukan dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara.
· Untuk Sekadar Bergengsi
   Salaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio-situasional tidak mengharapkan adanya alih kode, terjadi alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung tidak komunikatif.

C. Campur Kode
   Campur kode yaitu suatu keadaan berbahasa dimana seseorang mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa. Dalam kondisi demikian, hanya kesantaian penutur dan/atau kebiasaannya yang dituruti.
   Perbedaanya dengan alih kode yaitu: dalam alih kode, setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan masih memiliki fungsi otonomi masing-masing yang dilakukan dengan sadar dan sengaja dengan sebab-sebab tertentu. Sedangkan di dalam campur kode ada sebuah kode dasar yang digunakan yang memiliki fungsi dan keotonomian, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode. Misalnya, seorang penutur yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa daerahnya, dapat dikatakan telah melakukan campur kode. Akibatnya, akan muncul satu ragam bahasa Indonesia yang kejawa-jawaan atau bahasa Indonesia yang kesunda-sundaan.

D. Peminjaman
   Suatu bahasa seringkali melakukan peminjaman kata maupun frase dari bahasa lain dengan berbagai alasan, dan apabila kata tersebut telah diintegrasikan maka akan menjadi kata serapan. Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum.
Berdasarkan taraf integrasinya, kata serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 2 golongan besar:
   Pertama, kata serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, mall, shooting, dan lain-lain. Kata-kata ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
   Kedua, kata serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kata – kata serapan itu masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan  empat cara yang lazim ditempuh yaitu adopsi , adaptasi, penerjemahan, dan kreasi.
a. Cara Adopsi.
Cara adopsi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh :
o   Supermarket
o   Plaza
o   Mall
o   Hotdog
o   Impeachment

b. Cara Adaptasi.
Cara adopsi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Contoh :
o   Option            à  opsi
o   Provocateur   à provokator
o   Conspiracy     à konspirasi
o   Reformation   à reformasi
o   Cadeu             à kado

c. Cara Penerjemahan.
Cara ini terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut diberi padanan dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
o   Overlap          à tumpang-tindih
o   Acceleration  à percepatan
o   Pilot Project  à proyek rintisan
o   Try Out          à uji coba

d. Cara Kreasi.
Cara ini terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa sumbernya, kemudian dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
o   Effective        à Berhasil guna
o   Shuttle           à Ulang alik
o   Spare part      à Suku cadang
 
Sumber: Lupa, yang jelas dari buku tulisan Muhammad Asdam S.Pd., M.Pd.

Artikel ini dapat diunduh di sini (hanya BAB II)





































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar